Jumat, 07 Maret 2014

Proposisi Inferensi dan Implikasi

Tugas  Bahasa Indonesia 2
Nama   : M. Alim Arrasyid
Kelas   : 2IA25
NPM    : 54412296
Dosen : Lenie Okviana


Proposisi 
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data / fakta yang ada sehingga pada suatu simpulan. Fakta / data yang akan dinalar itu boleh benar atau boleh tidak benar. Kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagian data itu disebut proposisi. Yang dimaksud dengan proposisi adalah kalimat atau pernyataan yang selalu mempunyai nilai kebenaran, mungkin pernyataan itu bernilai benar saja, atau salah saja, tetapi tidak kedua-duanya. Contoh: Ambilkan aku segelas air, alangkah cantiknya mobil itu, saudara sekalian yang terhormat, dsbnya. 
Contoh Proposisi Berdasar Jenisnya
Dalam logika, dikenal dua macam proposisi. Menurut sumbernya dikenal proposisi analitik dan sintetik yang diperkenalkan oleh Emanuel Kant. 
1.     Proposisi Analitik (a priori) adalah proposisi yang predikatnya memiliki pengertian yang sudah terkandung pada subyeknya. seperti: Durian adalah buah-buahan, kucing adalah hewan, Ibu adalah wanita. Dimana, kata durian, kucing dan Ibu pada contoh di atas tidak menghasilkan pengetahuan yang baru.
2.      Proposisi Sintetik adalah proposisi yang predikatnya memiliki pengertian yang bukan menjadi keharusan bagi subyeknya. Seperti: Mangga itu manis, Gadis itu cantik, Bill Gates adalah milyuner. Dimana kata manis, cantik dan milyuner, pengertiannya belum terkandung pada subyeknya. Sehingga kata-kata itu memberikan pengetahuan yang baru. Proposisi sintetik adalah lukisan dari kenyataan empirik, maka kebenarannya diukur berdasarkan kesesuaiannya dengan kenyataan empirik. Proposisi ini juga disebut sebagai proposisi a posteriori.
Berdasar bentuknya terdapat tiga macam proposisi.
1.     Proposisi kategorik, adalah proposisi yang mengandung pernyataan tanpa adanya syarat, seperti Johnny sedang sakit, anak-anak yang tinggal di asrama adalah mahasiswa, dsbnya.
2.    Proposisi Hipotetik, yakni proposisi yang pernyataannya mengandung syarat. Contoh, Dimana ada gula disitu ada semut, bila permintaan bertambah maka harga akan naik.
3.    Proposisi Disyungtif, adalah proposisi yang mengandung pernyataan jika tidak benar maka salah, pada proposisi ini kopulanya berupa ” jika” dan ”maka”, seperti : Jika bukan aku yang mati, maka dia yang mati, jika bukan karena hujan, maka Anna akan pergi ke sekolah. Dari situ jelas bahwa pada proposisi hipotetik kpulanya berupa sebab akibat, sedang pada proposisi disyungtif, kopulanya menghubungkan dua alternatif.
Proposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan :
1.       Berdasarkan bentuk
Berdasarkan bentuk, proposisi dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Tunggal adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat atau hanya mengandung satu pernyataan.
Contoh :
• Semua petani harus bekerja keras.
• Setiap pemuda adalah calon pemimpin.
b) Majemuk atau jamak adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan lebih dari satu predikat.
Contoh :
• Semua petani harus bekerja keras dan hemat.
• Paman bernyanyi dan menari.
2.        Berdasarkan sifat
Berdasarkan sifat, proporsis dapat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu:
a) Kategorial adalah proposisi yang hubungan antara subjek dan predikatnya tidak membutuhkan / memerlukan syarat apapun.
Contoh:
• Semua kursi di ruangan ini pasti berwarna coklat.
• Semua daun pasti berwarna hijau.
b) Kondisional adalah proposisi yang membutuhkan syarat tertentu di dalam hubungan subjek dan predikatnya. Proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu: proposisi kondisional hipotesis dan disjungtif.
Contoh proposisi kondisional:
• jika hari mendung maka akan turun hujan
Contoh proposisi kondisional hipotesis:
• Jika harga BBM turun maka rakyat akan bergembira.
Contoh proposisi kondisional disjungtif:
• Christiano ronaldo pemain bola atau bintang iklan.
3.        Berdasarkan kualitas
Berdasarkan kualitas, proposisi juga dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a) Positif(afirmatif) adalah proposisi yang membenarkan adanya persesuaian hubungan antar subjek dan predikat.
Contoh:
• Semua dokter adalah orang pintar.
• Sebagian manusia adalah bersifat sosial.
b) Negatif adalah proposisi yang menyatakan bahawa antara subjek dan predikat tidak mempunyai hubungan.
Contoh:
• Semua harimau bukanlah singa.
• Tidak ada seorang lelaki pun yang mengenakan rok.
4.       Berdasarkan kuantitas
Berdasarkan kuantitas., proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
a) Umum adalah predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh subjek.
Contoh:
• Semua gajah bukanlah kera.
• Tidak seekor gajah pun adalah kera.
b) Khusus adalah predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian subjeknya.
Contoh:
• Sebagian mahasiswa gemar olahraga.
• Tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi.
Pengertian Inferensi dan implikasi
Interferensi
Alwasilah (1985:131) mengetengahkan pengertian interferensi berdasarkan rumusan Hartman dan Stonk bahwa interferensi merupakan kekeliruan yang disebabkan oleh adanya kecenderungan membiasakan pengucapan (ujaran) suatu bahasa terhadap bahasa lain mencakup pengucapan satuan bunyi, tata bahasa, dan kosakata. Sementara itu, Jendra (1991:109) mengemukakan bahwa interferensi meliputi berbagai aspek kebahasaan, bisa menyerap dalam bidang tata bunyi (fonologi), tata bentukan kata (morfologi), tata kalimat (sintaksis), kosakata (leksikon), dan tata makna (semantik) (Suwito,1985:55).
Interferensi, menurut Nababan (1984), merupakan kekeliruan yang terjadi sebagai akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. Senada dengan itu, Chaer dan Agustina (1995: 168) mengemukakan bahwa interferensi adalah peristiwa penyimpangan norma dari salah satu bahasa atau lebih.
Untuk memantapkan pemahaman mengenai pengertian interferensi, berikut ini akan diketengahkan pokok-pokok pikiran para ahli dibidang sisiolinguistik yang telah mendefinisikan peristiwa ini.
Menurut pendapat Chaer (1998:159) interferensi pertama kali digunakan oleh Weinrich untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual. Interferensi mengacu pada adanya penyimpangan dalam menggunakan suatu bahasa dengan memasukkan sistem bahasa lain. Serpihan-serpihan klausa dari bahasa lain dalam suatu kalimat bahasa lain juga dapat dianggap sebagai peristiwa interferensi. Sedangkan, menurut Hartman dan Stonk dalam Chair (1998:160) interferensi terjadi sebagai akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. 

Interferensi dalam bentuk kalimat
Interferensi dalam bidang ini jarang terjadi. Hal ini memang perlu dihindari karena pola struktur merupakan ciri utama kemandirian sesuatu bahasa. Misalnya, Rumahnya ayahnya Ali yang besar sendiri di kampung itu, atau Makanan itu telah dimakan oleh saya, atau Hal itu saya telah katakan kepadamu kemarin. Bentuk tersebut merupakan bentuk interferensi karena sebenarnya ada padanan bentuk tersebut yang dianggap lebih gramatikal yaitu: Rumah ayah Ali yang besar di kampung ini, Makanan itu telah saya makan, dan Hal itu telah saya katakan kepadamu kemarin.Terjadinya penyimpangan tersebut disebabkan karena ada padanan konteks dari bahasa donor, misalnya: Omahe bapake Ali sing gedhe dhewe ing kampung iku, dan seterusnya

Jenis Interferensi
Interferensi merupakan gejala umum dalam sisiolinguistik yang terjadi sebagai akibat dari kontak bahasa, yaitu penggunaan dua bahasa atau lebih dalam masyarakat tutur yang multilingual. Hal ini merupakan suatu masalah yang menarik perhatian para ahli bahasa. Mereka memberikan pengamatan dari sudut pandang yang berbeda beda. Dari pengamatan para ahli tersebut timbul bermacam-macam interferensi.
Secara umum, Ardiana (1940:14) membagi interferensi menjadi lima macam, yaitu
(1)    Interferensi kultural dapat tercermin melalui bahasa yang digunakan oleh dwibahasawan. Dalam tuturan dwibahasawan tersebut muncul unsur-unsur asing sebagai akibat usaha penutur untuk menyatakan fenomena atau pengalaman baru.
(2)    Interferensi semantik adalah interferensi yang terjadi dalam penggunaan kata yang mempunyai variabel dalam suatu bahasa.
(3)    Interferensi leksikal, harus dibedakan dengan kata pinjaman. Kata pinjaman atau integrasi telah menyatu dengan bahasa kedua, sedangkan interferensi belum dapat diterima sebagai bagian bahasa kedua.Masuknya unsur leksikal bahasa pertama atau bahasa asing ke dalam bahasa kedua itu bersifat mengganggu.
(4)    Interferensi fonologis mencakup intonasi, irama penjedaan dan artikulasi.
(5)    Interferensi gramatikal meliputi interferensi morfologis, fraseologis dan sintaksis.

Pengertian implikasi
Perhatikan pernyataan berikut ini: “Jika matahari bersinar maka udara terasa hangat”, jadi, bila kita tahu bahwa matahari bersinar, kita juga tahu bahwa udara terasa hangat. Karena itu akan sama artinya jika kalimat di atas kita tulis sebagai:

“Bila matahari bersinar, udara terasa hangat”.
”Sepanjang waktu matahari bersinar, udara terasa hangat”.
“Matahari bersinar  berimplikasi udara terasa hangat”.
“Matahari bersinar hanya jika udara terasa hangat”.

Berdasarkan pernyataan diatas, maka untuk menunjukkan bahwa udara tersebut hangat adalah cukup dengan menunjukkan bahwa matahari bersinar atau matahari bersinar merupakan syarat cukup untuk udara terasa hangat.

Sedangkan untuk menunjukkan bahwa matahari bersinar adalah perlu dengan menunjukkan udara menjadi hangat atau udara terasa hangat merupakan syarat perlu bagi matahari bersinar. Karena udara dapat menjadi hangat hanya bila matahari bersinar

Tiap proporsisi dapat mencerminkan dua kemungkinan. Pertama, merupakan ucapan-ucapan faktual sebagai pengalaman atau pengetahuan seseorang. Kedua, merupakan pendapat atau kesimpulan seseorang mengenai suatu hal.

Untuk menguji ucapan yang bersifat faktual, dapat dilakukan pengujian atau penelitian terhadap evidensinya. Kesimpulan merupakan ramuan untuk digunakan dalam proses berpikir seseorang atau menyusun penalaran. Sebelum berbicara mengenai proses itu, maka akan ditemukan sejumla pengertian yang berkaitan dengan proses penalaran. Yang pertama adalah pengertian inferensi dan implikasi.

Inferensi berasal dari kata latin inffere yang berarti menarik kesimpulan. Sedangkan implikasi berasal dari bahasa latin implicare yang berarti melibat atau merangkum. Dalam logika, kata inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada dalam fakta. Sedangkan implikasi adalah rangkuman,

Sumber :
    ü  Logika, Mundri, ed.1, Rajawalli press, 2009 dan berbagai sumber.    
 ü  http://nobelug.blogspot.com/2012/04/ringkasan-buku.html
    ü  http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2357113-contoh-dan-pengertian-proposisi logika/#ixzz2vAYdQ7Xc
    ü  http://sitompulke17.blogspot.com/2010/05/proposisi.html